Kamis, 17 Juni 2010

Kau dan hujan…

Kau dan hujan….

Hujan, kau yang pertama kali mengenalkannya pada ku…
Hingga pada suatu massa kau panggil aku hujan,,

Aku memang mencintai hujan, jauh sebelum mengenalmu,,
Akan tetapi sejak kau sebut aku gadis hujan, semuanya menjadi lebih indah…

Kini, hujan turun tanpa senyatanya diri mu, Kini, mungkin kau tak lagi ingat akan hal itu…
Hanya bayang mu saja yang selalu dan terus melintasi hati dan pikiran ku, ketika hujan turun..

Jika dulu ku sebut ; “hujan” kau membalasnya dengan satu kata ; “kau”… atau bahkan dengan satu kata lainnya : “bulet,” sambil bercanda kau bilang bahwa hujan yang turun bulatbulat seperti aku…
Tapi kini, ketika ku katakan ; “hujan…” kau hanya membalasnya dengan ; “siapa bilang ini kemarau…”.

Apakah kau kini pun beralih menjadi kemarau bagi ku, yang hanya memberikan sengatan panas mu?
Lalu dimanakah hujan mu itu??
Dan apakah kau mengerti bahwa kini setiap kali hujan turun, seakan mengingatkan ku untuk terus mengingatkan pada mu…
Bagaimana aku bisa melupakan mu jika hujan selalu saja turun dan mengingatkan ku pada mu??!!

Tuhan, jika aku memang tidak bisa bersamanya, ijinkan aku tetap mencintainya seperti aku mencintai hujan…. Biarkan aku menerima kenyataan ini seperti aku menerima hujan dengan segala bentuknya…

(Purwokerto, 16 Juni 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar