Sabtu, 11 Mei 2013

Aku, Sahabatku dan Kau


Tiga kata yang memiliki makna dan peran masing-masing.

Ketika lahir, sosok yang mewakili dalam ketiga kata tersebut memang belum mengenal satu sama lain. Pada awalnya Kami hidup dalam dunia yang diciptakan oleh liyan masing-masing, hingga pada fase cermin. Fase dimana kami mulai membandingkan apa yang kami lihat dengan diri sendiri, kemudian bertanya, mengapa saya berbeda dengan sosok yang lain. Aku, Sahabatku dan Kau mulai mempertanyakan siapa sebenarnya sosok ini.

Bertanya adalah pembuka awal pengetahuan. Pun dengan pertanyaan awal pada fase cermin, kemudian perlahan membuka dan mengajari kami, tentang siapa sosok kami. Bagaimana lingkungan kami dan bagaimana kami harus bersikap sebagai individu maupun makhluk sosial.

Waktu pun terus berjalan, kami pun tumbuh menjadi sosok dengan pengalaman masing-masing. Hingga pada satu titik kami pun bertemu satu sama lain. Adalah sebuah awal yang menyatukan kita, kemudian membawa kepada proses yang dinamakan proses kehidupan. Kami saling berkomunikasi, saling percaya bahkan kemudian saling mengasihi di masing-masing sosok. Hingga tersebutlah sebuah rangkaian kata : Aku, Sahabatku dan Kau.

Proses hidup menyatukan kami dalam warna. Proses kehidupan mengajarkan kami akan sebuah makna dan arti hidup itu sendiri. Beragam peristiwa dialami oleh individu masing-masing dan atau oleh keterkaitan kami. Semua menjadi satu jalinan hubungan yang hanya bisa dirasakan. Kami saling membutuhkan. Kami seakan sebagai insan yang tak bisa terpisahkan, meski perbedaan pun ada.

Namun, ketika menginjak usia yang jauh lebih banyak –dewasa- masing-masing memiliki dunianya sendiri. Memiliki pilihan dan tujuan sendiri, yang pada akhirnya membuat kami mulai bertanya kembali. Mau kemana Aku?, Bagaimana dengan Sahabatku?, dan Apa yang ingin Kau lakukan? Dan masih banyak pertanyaan lagi tanda tanya yang hadir dalam pribadi kami.

Kembali, sebuah pertanyaan membuka awal. Pada akhirnya Aku memilih, Sahabatku menemukan jalan, dan Kau bersikap sesuai dengan kehendak. Ya,, jalan hidup kami, yang memisahkan warna kami. Aku berwarna merah, Sahabatku menjadi biru, dan Kau selalu berwana merah muda. Apapun warnanya, kami mulai terpisah. Seperti terhalang akan sesuatu yang tak terlihat, kami pun tak memahami apa penghalang kami

Ketika kerinduan menyapa, kami tak  tahu harus bagaimana melunasi rasa itu. Aku tak berani, Sahabatku berjibaku dengan dunianya, sedang Kau merajut warna kembali. Mungkin disini Aku yang teralalu takut berjalan dan meninggalkan mereka. Atau sebenarnya ditinggalkan? Entahlah,,
Kami tidak tahu lagi bagaimana menyatukan warna kami kembali.

Kami seperti kembali kepada titik fase cermin, dimana pertanyaan demi pertanyaan muncul tanpa diberi jeda untuk memahaminya tuk mencari jawabannya. Apakah kami harus berakhir dititik ini? Menjadi individu yang tidak saling mengenal kembali?
Ataukah memang ini sebuah proses kehidupan, dimana ada fase kami mulai mencari jati diri, bertemu tuk sebuah memory dalam melewati proses hidup dan kemudian hidup dengan jalannya masing-masing?

Aku tak tahu...
Sahabatku?
Kau?

Aku merindukan kalian...


_ditengah Hujan, 110513_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar