Tiga kata yang memiliki makna dan peran masing-masing.
Ketika lahir, sosok yang mewakili dalam ketiga kata tersebut memang
belum mengenal satu sama lain. Pada awalnya Kami hidup dalam dunia yang diciptakan
oleh liyan masing-masing, hingga pada fase cermin. Fase dimana kami mulai
membandingkan apa yang kami lihat dengan diri sendiri, kemudian bertanya,
mengapa saya berbeda dengan sosok yang lain. Aku, Sahabatku dan Kau mulai
mempertanyakan siapa sebenarnya sosok ini.
Bertanya adalah pembuka awal pengetahuan. Pun dengan pertanyaan awal
pada fase cermin, kemudian perlahan membuka dan mengajari kami, tentang siapa
sosok kami. Bagaimana lingkungan kami dan bagaimana kami harus bersikap sebagai
individu maupun makhluk sosial.
Waktu pun terus berjalan, kami pun tumbuh menjadi sosok dengan
pengalaman masing-masing. Hingga pada satu titik kami pun bertemu satu sama
lain. Adalah sebuah awal yang menyatukan kita, kemudian membawa kepada proses
yang dinamakan proses kehidupan. Kami saling berkomunikasi, saling percaya
bahkan kemudian saling mengasihi di masing-masing sosok. Hingga tersebutlah
sebuah rangkaian kata : Aku, Sahabatku dan Kau.
Proses hidup menyatukan kami dalam warna. Proses kehidupan mengajarkan
kami akan sebuah makna dan arti hidup itu sendiri. Beragam peristiwa dialami
oleh individu masing-masing dan atau oleh keterkaitan kami. Semua menjadi satu
jalinan hubungan yang hanya bisa dirasakan. Kami saling membutuhkan. Kami
seakan sebagai insan yang tak bisa terpisahkan, meski perbedaan pun ada.
Namun, ketika menginjak usia yang jauh lebih banyak –dewasa-
masing-masing memiliki dunianya sendiri. Memiliki pilihan dan tujuan sendiri,
yang pada akhirnya membuat kami mulai bertanya kembali. Mau kemana Aku?,
Bagaimana dengan Sahabatku?, dan Apa yang ingin Kau lakukan? Dan masih banyak
pertanyaan lagi tanda tanya yang hadir dalam pribadi kami.
Kembali, sebuah pertanyaan membuka awal. Pada akhirnya Aku memilih,
Sahabatku menemukan jalan, dan Kau bersikap sesuai dengan kehendak. Ya,, jalan
hidup kami, yang memisahkan warna kami. Aku berwarna merah, Sahabatku menjadi
biru, dan Kau selalu berwana merah muda. Apapun warnanya, kami mulai terpisah.
Seperti terhalang akan sesuatu yang tak terlihat, kami pun tak memahami apa
penghalang kami
Ketika kerinduan menyapa, kami tak
tahu harus bagaimana melunasi rasa itu. Aku tak berani, Sahabatku
berjibaku dengan dunianya, sedang Kau merajut warna kembali. Mungkin disini Aku
yang teralalu takut berjalan dan meninggalkan mereka. Atau sebenarnya
ditinggalkan? Entahlah,,
Kami tidak tahu lagi bagaimana menyatukan warna kami kembali.
Kami seperti kembali kepada titik fase cermin, dimana pertanyaan demi
pertanyaan muncul tanpa diberi jeda untuk memahaminya tuk mencari jawabannya.
Apakah kami harus berakhir dititik ini? Menjadi individu yang tidak saling
mengenal kembali?
Ataukah memang ini sebuah proses kehidupan, dimana ada fase kami mulai
mencari jati diri, bertemu tuk sebuah memory dalam melewati proses hidup dan
kemudian hidup dengan jalannya masing-masing?
Aku tak tahu...
Sahabatku?
Kau?
Aku merindukan kalian...
_ditengah Hujan, 110513_